Profesor Ahli Hukum Syariah Ini Diminta Pakai Jilbab

Ada-ada saja kelompok yang cepat tersinggung, mudah marah, ‘baper’ (bawa perasaan), dan sensi. Seringkali emosi mendahului daripada pikirannya.

Seorang pengguna Twitter mungkin merasa tersindir dengan cuitan seorang profesor ahli syariah Indonesia yang menjadi dosen tetap di Monash University, Australia.

Dr. H. Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD. mencuitkan sebuah kritik kepada orang-orang yang mudah mengkafirkan orang lain.

18767925_1304080316376368_6937730228903241195_n

Kontan banyak orang terpingkal-pingkal, wong Nadirsyah Hosein adalah seorang laki-laki kok disuruh pakai jilbab yang bener.

Mungkin akun tersebut tidak tau siapa Nadirsyah Hosein.

OK-lah kalau memang tidak tau, tapi paling tidak jangan langsung cepat-cepat menghakimi seseorang menurut jenis kelaminnya. Hanya karena foto profilnya terlihat cantik.

Dr. H. Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD adalah orang Indonesia yang mengajar di Fakultas Hukum, Monash University, Australia.

Professor yang juga seorang kiai dari Nahdlatul Ulama yang acap dipanggil Gus Nadir ini sebelumnya mengajar pada Fakultas Hukum di Wollongong selama 8 tahun (2007-2015) hingga meraih posisi sebagai Associate Professor.

Sejak tahun 2005, Gus Nadir dipercaya sebagai Ra’is Syuriah, PCNU Australia dan Selandia Baru.

Beliau pun mencuitkan reply kepada akun @susilo_sp sebagai berikut:

Screen Shot 2017-06-03 at 3.37.21 AM

Cuitan ini kontan mendapat banyak reply yang menggelikan dari warganet.

Screen Shot 2017-06-03 at 3.38.52 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.39.07 AM

Pemilik akun @susilo_sp begitu menyadari kekeliruannya, langsung minta maaf.

Screen Shot 2017-06-03 at 4.37.24 AM

Namun tentu saja ini tak menghentikan reply kocak dari para warganet.

Screen Shot 2017-06-03 at 3.40.26 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.41.34 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.43.21 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.43.41 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.44.21 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.45.21 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.45.54 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.47.28 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.47.43 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 3.48.16 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 4.09.54 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 4.11.01 AM

Screen Shot 2017-06-03 at 4.11.17 AM

Bikin ‘ngakak’ baca-baca komentar warganet di atas.

Sekilas tentang Professor Nadirsyah Hosen:

Gus Nadir menyelesaikan studi S1-nya dari Fakultas Syari’ah, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan meraih gelar Graduate Diploma in Islamic Studies serta Master of Arts with Honours dari University of New England. Kemudian ia meraih gelar Master of Laws dari Northern Territory University.

Peraih dua gelar doktor (PhD in Law dari Universitas Wollongong dan PhD in Islamic law dari National University of Singapore) ini telah melahirkan lebih dari 20 artikel di jurnal internasional seperti Nordic Journal of International Law (Lund University), Asia Pacific Law Review (City University of Hong Kong), Australian Journal of Asian Law (University of Melbourne), European Journal of Law Reform (Indiana University), Asia Pacific Journals on Human Rights and the Law (Murdoch University), Journal of Islamic Studies (University of Oxford), dan Journal of Southeast Asian Studies (Cambridge University).

Beberapa buku karyanya antara lain: “Human Rights, Politics and Corruption in Indonesia: A Critical Reflection on the Post Soeharto Era”, (Republic of Letters Publishing, Dordrecht, The Netherlands, 2010); “Shari’a and Constitutional Reform in Indonesia” (Institute of Southeast Asian Studies, Singapore, 2007); dan menulis buku bersama Ann Black and Hossein Esmaeili yang bejudul “Modern Perspectives on Islamic Law” (Edward Elgar, UK, 2013 dan 2015).

Dia juga mengedit (bersama Joseph Liow) 4 jilid buku tebal “Islam in Southeast Asia”, 4 volumes, (Routledge, London, 2010); dan mengedit bersama Richard Mohr buku “Law and Religion in Public Life: The Contemporary Debate” (Routledge, London, 2011 dan 2013).

Karya-karya Gus Nadir dalam Bahasa Indonesia antara lain tertuang dalam buku-buku: “Mari Bicara Iman” (Penerbit Zaman, 2011), “Ashabul Kahfi Melek 3 Abad: Ketika Neurosains dan Kalbu Menjelajah Al-Quran” yang ditulis bersama Nurussyariah Hammado (Penerbit Noura Books, 2013). Buku lain yang ia tulis berjudul “Dari Hukum Makanan Tanpa Label Halal Hingga Memilih Mazhab yang Cocok” (Penerbit Noura Books, 2015).

Beberapa tulisan dan kolomnya tersebar di Gatra, Media Indonesia, The Jakarta Post, dan Jawa Pos.

Leave a comment